E satu.com (Kota Cirebon) - Ishtar Vie, penulis asli Cirebon kembali meluncurkan novel baru. Sebelumnya, Ishtar Vie juga meluncurkan bovel Mengejar Cakrawala. Novel yang baru diluncurkan ini berjudul GEH, The Untold Story. GEH sendiri merupakan singkatan dari Gozali El Hamidi. GEH sendiri merupakan almarhum ayahanda sang penulis. Dalam novel ini, sosoknya digambarkan sebagai sosok aktivis, namun tetap tidak melupakan nilai agama. Ishtar Vie tidak sendiri menulis novel ini. Sutan Aji Nugraha, istri dari Isthar Vie atau menantu dari GEH, juga ikut menyumbangkan tulisannya dalam novel ini. Pj Sekda Kota Cirebon, M. Arif Kurniawan hadir langsung dan mengapresiasi novel tersebut.
Sang penulis, Ishtar Vie mengatakan, novel ini merupakan biografi, atau faksi kisah yang inspiratif. Ishtar Vie mengucapkan terimakasih kepada keluarga besar, khususnya Sutan Aji Nugraha yang selalu memberikan dukungan sehingga novel ini selesai ditulis secara rapih dan bisa dilaunching. Menurutnya, GEH merupakan tokoh masyarakat dan aktivis yang dikenal masyarakat. Sehingga, ia ingin perjuangan GEH bisa dikenal luas oleh masyarakat Cirebon. Selain itu, semangat untuk menulis novel ini yakni kerinduan anak kepada sosok ayah yang sudah lama meninggal dunia.
"Jadi ini salah satu wujud kita bahwa kita mencintai beliau adalah dengan menulis tentang sejarah kehidupan beliau," kata Ishtar Vie, Kamis (15/8/2024).
Ia juga menceritakan proses penulisan novel ini. Ia mengerjakan novel ini selama 30 hari non stop. Meski ada jeda setelah menulis hingga proses terbit, namun ia bersyukur bisa menyelesaikan novel ini. Ishtar Vie kembali menceritakan sosok GEH.
Menurutnya, GEH sebagai ayah bisa menjadi pendidik yang baik. GEH juga Menurutnya mempunyai kepedulian di bidang seni, budaya dan juga merupakan seorang aktivis yang luar biasa. Ia mengatakan, dedikasi dan peran yang dijalani GEH menjadi teladan yang baik yang harus dicontoh.
"Sebagai pendidik mengajarkan bonding yang kuat antara guru dan anak didik, tanpa memandang fisik dan status sosial peserta didik. Beliau meyakini siswa mempunyai potensi yang luar biasa. Kita ambil pelajaran sebagai pecinta seni dan budaya, GEH itu berkarya di dunia seni, tapi selama berkarya di dunia seni tidak menghilangkan nilai agama. Karya seni yang ditampilkan selaku bernilai agama," tuturnya.
Ia juga menggambarkan GEH sebagai aktivis. Menurutnya, GEH menekankan pentingnya kaderisasi, namun kaderisasi yang berkualitas, bukan hanya estafet saja. Ia juga menilai GEH bukan saja mewariskan kepemimpinan, namun juga daya juang dan pola pikir yang berkembang.
"Kita belajar dari beliau peran ayah dalam keluarga sangat penting, bukan hanyanpenxari nafkah, tapi harus menjadi tumbuh kembang anak anaknua. Saya yakin dengan kehadiran buku ini akan lahir kepemimpinan yang berjiwa leader, kita akan mampu mengembangkan seni dan budaya," ungkapnya.
Sutan Aji Nugraha, menantu dari GEH mengaku hanya dua tahun mengenal GEH.
Namun, meski terbilang waktu yang singkat, Sutan Aji menilai GEH aktifitas kesehariannya tidak muncul ke permukaan, namun lebih banyak bergerak di 'bawah tanah'. Sutan Aji menilai sosok GEH merupakan seorang pendidik dan dia diakui secara politik secara sosial, baik oleh temannya atau 'musuh' nya.
"Saya pernah ketemu musuh pak Gozali, tapi bukan konteks Ukraina vs Rusia. Musuh dalam bertarung ide dan gagasan. Dia mengakui kehebatan Gozali di sektor organisasi politik dan ideologi," kata Sutan Aji.
Erry Yudistira Ramadhan, putera dari Effendi Edo mengaku bangga dengan novel yang diluncurkan Ishtar Vie dan Sutan Aji. Erry sangat bangga ada putera dan puteri asli Cirebon yang suka menulis dan telah membuat banyak karya. Menurutnya, apa yang dilakukan Ishtar Vie dan Sutan Aji harus diikuti oleh putera puteri asli Cirebon lainnya. Ia mengaku sudah membaca sebagian novel ini.
"Novel ini salah satunya tidak melupakan keaslian Cirebon. Di sampul buku saja sudah bagus, ada motif mega mendung yang merupakan ciri khas. Ini berarti mereka tidak melupakan pula ciri khas Cirebonnya," tuturnya. (Wnd)
Post A Comment:
0 comments: