Netizen dibuat panik dengan munculnya video anak-anak yang menjalani cuci darah di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM). Hal ini menggemparkan, karena pasien yang menjalani cuci darah biasanya adalah pasien-pasien dewasa yang mengalami kerusakan ginjal yang parah. Kalangan orangtua semakin waswas, apalagi mengingat betapa banyak dan beragamnya minuman-minuman manis berwarna-warni yang beredar dan digemari anak-anak. Disinyalir bahwa minuman-minuman inilah yang menjadi penyebab meningkatnya angka gagal ginjal pada anak.
Dokter ahli ginjal anak RSCM dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) telah bersuara menanggapi fenomena ini. Sesungguhnya pasien-pasien ini telah berobat sejak lama, dan bukanlah lonjakan kasus baru. Kebanyakan pasien yang datang ini mengalami gangguan ginjal yang bersifat genetik, bukan didapat akibat gaya hidup.
Walaupun begitu, beliau tidak menangkis hubungan antara gaya hidup tidak sehat dengan resiko gagal ginjal. Beliau menyampaikan bahwa gaya hidup mengonsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula dapat beresiko menyebabkan obesitas dan diabetes tipe dua, yang secara tidak langsung dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga senada dalam menghadapi isu ini. Walaupun asupan gula tidak merusak ginjal secara langsung, namun asupan tinggi gula dapat menyebabkan terjadinya diabetes tipe 2 dan peningkatan berat badan pada anak. Hal ini diperkuat oleh studi yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara asupan minuman manis dengan kejadian penyakit darah tinggi, jantung bengkak, asam urat, stroke, gigi berlubang, kanker, gangguan psikologis dan masalah perilaku pada anak usia prasekolah, serta gangguan fungsi ginjal.
Gula adalah zat yang diperlukan tubuh, namun dalam jumlah berlebih dan waktu yang panjang justru dapat menimbulkan efek yang berbahaya. Walaupun begitu, produksi dan konsumsi gula di Indonesia tergolong tinggi. Indonesia menduduki peringkat keenam konsumsi gula tertinggi di dunia (7,8 metrik ton gula) pada tahun 2022/2023, dan diperkirakan akan terus meningkat untuk memenuhi permintaan dari industri makanan.
Bahkan anak-anak sudah terpapar sejak usia dini. Studi diet total yang dilakukan oleh balitbangkes menunjukkan bahwa 42.6% anak usia bawah lima tahun telah mengonsumsi minuman berpemanis. Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak di negara berkembang (termasuk Indonesia) cenderung mengonsumsi makanan ringan dan minuman berpemanis dengan kalori berlebih, yaitu dengan total asupan energi sebesar 13-38% (batas normal 10%).
Berbahaya, namun terus meningkat?
Salah satu kesulitan kita dalam menurunkan konsumsi gula berlebih, terutama pada anak-anak, adalah karena rasanya yang manis. Apabila pola makan hanya diatur berdasarkan rasa yang enak, maka makanan dan minuman yang berpemanis adalah salah pilihan yang banyak disukai oleh semua umur. Industri makanan dan minuman pun melihat peluang ini, sehingga meningkatkan berbagai variasi makanan dan minuman berpemanis.
Kebebasan industri untuk membuat produk akan meningkatkan banyaknya jumlah dan varian produk yang tersebar di masyarakat. Diperlukan peran besar negara untuk mengatur dan mengawasi industri beserta produk yang beredar di masyarakat. Selain membuat peraturan batas kadar gula makanan, maka juga diperlukan pengawasan & regulasi di lingkungan industri, serta di pasaran. Selain itu, negara harus memastikan bahwa makanan dan minuman sehat dapat diakses dengan mudah dan murah oleh keluarga, sehingga tidak menjadi alasan untuk memilih konsumsi tinggi gula.
Secara individu, gaya hidup hedonistik juga mempengaruhi tingginya konsumsi gula. Ketika makan dan minum lebih mengutamakan rasa enak daripada kandungan nutrisi, maka sulit untuk membendung tingginya konsumsi gula. Selain itu, pola asuh, pengetahuan orangtua dan anak tentang makanan & minuman berpemanis juga dapat berpengaruh terhadap asupan gula yang dikonsumsi. Edukasi tentang bahaya gula berlebih dapat mempengaruhi perilaku konsumsi gula pada anak. Hal ini menunjukkan pentingnya pendidikan dan pembinaan kepada orangtua dan anak.
Hal ini tidak dapat dilaksanakan apabila visi masyarakat dan negara mengikuti pola sistem kapitalisme yang bersifat profit-oriented. Makanan dan minuman berpemanis tentu saja akan laku karena rasanya enak, dan barang yang laku akan terus diproduksi selama ada permintaan yang tinggi. Inilah saatnya negara dan masyarakat harus sama-sama membebaskan diri dari pola pikir kapitalisme, dan menggantinya dengan pola pikir yang lebih baik, rasional dan mensejahterakan.
Tubuh bukanlah sekedar milik diri sendiri yang bebas digunakan sebagaimana diinginkan, namun ada tanggung jawab untuk menjaga kesehatannya dengan baik. Indonesia yang notabene mayoritas muslim, seharusnya memiliki pola pikir Islami juga. Dilarang untuk berlaku zalim dan merusak tubuh sendiri. Begitupun negara memiliki tanggung jawab untuk menjaga kesehatan masyarakatnya. Hal ini dapat menjadi modal awal yang baik bagi masyarakat Indonesia, apalagi jika diterapkan secara menyeluruh.
Penulis: dr. Staviera A. Praktisi pendidikan dan kesehatan di Cirebon
Sumber :
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-7456435/terungkap-pemicu-bocil-bocil-sakit-ginjal-sampai-cuci-darah-ke-rscm
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-7456664/gaya-hidup-tak-sehat-bisa-picu-anak-sakit-ginjal-berpotensi-cuci-darah-ketika-dewasa
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-7452832/idai-ungkap-angka-diabetes-anak-meningkat-70-persen-ini-penyebabnya
Te Morenga L, Mallard S, Mann J. Dietary sugars and body weight: systematic review and meta-analyses of randomised controlled trials and cohort studies. BMJ. 2013;345:e7492.
Cozma AI, Sievenpiper JL. The Role of Fructose, Sucrose and High-fructose Corn Syrup in Diabetes. Eur Endocrinol. 2014 Feb;10(1):51-60. doi: 10.17925/EE.2014.10.01.51. Epub 2014 Feb 28. PMID: 29872464; PMCID: PMC5983097.
Nakagawa T, Kang DH. Fructose in the kidney: from physiology to pathology. Kidney Res Clin Pract. 2021 Dec;40(4):527-541. doi: 10.23876/j.krcp.21.138. Epub 2021 Nov 1. PMID: 34781638; PMCID: PMC8685370.
Sartika RD , Atmarita A , Duki M , et al. Consumption of Sugar-Sweetened Beverages and Its Potential Health Implications in Indonesia. Kesmas. 2022; 17(1): 1-9
DOI: 10.21109/kesmas.v17i1.5532
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/07/10/indonesia-jadi-negara-dengan-konsumsi-gula-terbanyak-ke-6-global-pada-20222023
Pries AM, Filteau S, Ferguson EL. Snack food and beverage consumption and young child nutrition in low- and middle-income countries: A systematic review. Matern Child Nutr. 2019; 15(S4):e12729.
Post A Comment:
0 comments: