E satu.com (Cirebon) -
Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 3, Mahfud MD melakukan kunjungan ke Padepokan Anti Galau di Desa Sinarancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Selasa (30/1/2024).

Pemilik dan Pemimpin Padepokan Anti Galau, Ustadz Ujang Bustomi menyambut langsung kedatangan Mahfud dengan hangat.

Sekira pukul 13.45 WIB, di depan padepokan, Ustadz Ujang memberikan mahkota kepada Mahfud, menciptakan kesan seolah-olah Mahfud adalah seorang pangeran.

Tak hanya itu, Mahfud juga mencoba duduk di kursi bak kerajaan yang disiapkan di depan rumah padepokan.

Dengan mahkota yang diberikan, suasana terasa istimewa, terutama dengan beberapa helai bunga melati kuning yang melengkapinya.

Setelah Mahfud disematkan mahkota, Ustadz Ujang melengkapi dengan sorban dan tasbih.

Keduanya kemudian bergegas masuk ke dalam rumah, hanya menghabiskan beberapa menit untuk berbincang sebelum kembali ke luar dan Mahfud meninggalkan lokasi.

Dalam wawancaranya, Mahfud menjelaskan, bahwa kunjungannya ke Padepokan Anti Galau adalah untuk menjalin silaturahmi.

"Padepokan yang saya lihat di media sosial dan YouTube luar biasa. Saya ingin tahu dan ingin kenal," ujar Mahfud, Selasa (30/1/2024).

Diakuinya, diskusi antara ia dan Ustadz Ujang menyentuh berbagai aspek, termasuk masalah gaib yang diakses secara ilmiah.

Cawapres Ganjar Pranowo itu menyebut, adanya keterkaitan antara gejala alam seperti mati suri dengan ilmu pengetahuan.

"Tadi sudah berkenalan lalu berdiskusi terkait masalah-masalah gaib secara ilmiah, karena gaib itu ilmiah juga."

"Misalnya, tentang mati suri, itu kan gejala alam. Kan banyak manusia yang melakukan mati suri lalu apa dampaknya secara ilmiah dan tadi kita diskusikan," ucapnya.

Pembicaraan juga mengarah pada isu-isu gaib yang tidak dapat dijangkau secara ilmiah, seperti santet.

Mahfud memberikan perspektif hukum pidana terkait santet yang mencakup aspek kejahatan.

Ia menyebutkan adanya disertasi ilmiah yang sebelumnya direncanakan untuk dimasukkan ke KUHP.

"Semula disetujui tapi akhirnya tidak jadi karena hukum ajarannya tidak ketemu, kalau hukum materinya bisa santet itu," jelas dia.

Dalam perspektif agama, diskusi mengenai santet mencakup konsep baik dan jahat.

Sementara, Ustadz Ujang Bustomi menjelaskan, bahwa mahkota yang disematkan kepada Mahfud MD adalah mahkota simbolis dari Prabu Siliwangi.

Hal itu, kata dia, menciptakan simbol pejuang yang menegakkan kebaikan.

Selain itu, Mahfud juga diberikan sorban, tasbih, dan kenang-kenangan berupa keris khusus Cirebon sebagai ungkapan apresiasi terhadap kesenian.

"(Mahfud) seorang yang menegakkan amal makruf nahi munkar, itu simbol pemimpin di Indonesia bisa menegakkan amal makruf nahi munkar, bukan untuk kepentingan pribadi, golongan atau apapun."

"Semua kepentingan rakyat, bahwasanya pemimpin di negeri ini harus jujur dan amanah, jangan saling gontok-gontokan, perang dan menjelek-jelekkan," kata Bustomi. (Wnd)

Baca Juga

Post A Comment:

0 comments:

Back To Top