E satu.com - 
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengatakan program pesantren ramah anak yang telah dideklarasikan di Pondok Pesantren Ketitang Cirebon, Jawa Barat, adalah sebagai bentuk pencegahan kekerasan terhadap anak di lingkungan pendidikan berbasis agama.

"Kita semua mengharapkan anak-anak kita memperoleh pendidikan yang terbaik dalam lingkungan yang aman dan nyaman, tanpa terkecuali yang berada dalam pendidikan berasrama berbasis agama," katanya dalam sambutan secara virtual yang diikuti di Cirebon, pada (23/6/2023) beberapa waktu yang lalu.

Jika kita lihat sejarahnya, pesantren telah menorehkan kontribusinya dalam perkembangan Islam di negeri ini. Pesantren menjadi andalan untuk menempa generasi menjadi pribadi yang kokoh dalam keimanan, menguasai berbagai ilmu, berlimpahnya amal ibadah, juga semangat yang bergelora dalam memperjuangkan agama Allah SWT.

Sejak awal kelahirannya, peran utama pesantren memang untuk membina santri agar menguasai tsaqafah Islam juga mencetaknya menjadi kader-kader ulama, turut pula mencerdaskan masyarakat, menyebarkan dakwah Islam, dan menjadi benteng pertahanan umat dari ancaman bahaya dan berbagai penyesatan.

Sejatinya pesantren merupakan institusi pendidikan yang orientasinya bukanlah keuntungan materi. Langkah perjuangannya penuh keikhlasan semata dalam meninggikan kalimat Allah, mencerdaskan umat dengan pemahaman yang benar, dan mengajak mereka tunduk patuh pada syariat Allah.

Pesantren bukan hanya menempa generasi yang saleh, melainkan turut pula melahirkan generasi yang peduli akan masa depan umat dan agamanya, generasi yang siap melanjutkan perjuangan para pendahulunya. Motivasi para santri dalam belajar bukan untuk mengejar jabatan keduniaan, akan tetapi untuk memenuhi kewajiban menuntut ilmu. 

Akan tetapi, seiring menguatnya cengkeraman kapitalisme sekularisme hari ini, dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk juga dalam bidang pendidikan, pesantren yang diharapkan bisa membawa perubahan dan membentuk sebuah karakter terbaik pun tak mampu membendung arus kerusakan karakter yang diakibatkan oleh sistem sekuler.

Program pesantren ramah anak misalnya, akan membuat stigma negatif bahwa selama ini pesantren itu tempat menakutkan, seperti tempat untuk rehabilitasi para remaja yang terjerat narkoba, bahkan pesantren pun terkesan terbelakang dan kuno. Padahal pesantren adalah tempat yang paling layak di dalam  menimba ilmu Islam dan mencetak generasi terbaik.

Institusi pendidikan dalam sistem sekuler kapitalisme memang sangat berbeda dengan pendidikan pada masa peradaban Islam tegak dalam naungan sistem Islam. Sistem pendidikan Islam adalah untuk membangun kepribadian Islam dan memastikan ketersediaan ulama atau pun mujtahid serta para ahli dalam berbagai disiplin pengetahuan yang menempatkan Islam sebagai pemimpin dunia.

Telah tercatat beberapa lembaga pendidikan Islam yang terus berkembang sejak dahulu hingga hari ini. Di antaranya adalah Nizhamiyah (1067—1401) di Baghdad; Al-Azhar (975 —sekarang) di Mesir; Al-Qarawiyyin (859—sekarang) di Fez, Maroko; dan Sankore (989—sekarang) di Timbuktu, Mali, Afrika. Masing-masing memiliki sistem dan kurikulum pendidikan yang sangat maju kala itu. Beberapa lembaga tersebut berhasil melahirkan tokoh-tokoh pemikir dan ilmuwan muslim yang sangat disegani, seperti Al-Ghazali, Ibnu Rusydi, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Al-Farabi, Al-Khawarizmi, dan Al-Firdausi.

Dalam ri’ayah negara, keberadaan ulama yang tafaquh fiiddin tidaklah sulit diwujudkan. Mereka senantiasa ditemui sepanjang masa untuk mengawal penguasa, menjaga kemuliaan Islam, dan menebarkan rahmat ke semesta alam. Mereka adalah aset umat yang akan menolong agama Allah, serta menjaga kemurnian syariat Islam dari pemikiran sesat musuh Islam.

Kepribadian Islam generasi akan makin kokoh dengan pemahaman kegemilangan peradaban Islam. Mereka akan menjadi sosok yang kuat, serta mampu membersihkan dirinya, bahkan memimpin perubahan di lingkungan yang tidak sesuai dengan Islam.

Mereka adalah tiang agama untuk menjaga cahaya agama Allah tetap bersinar menerangi umat, calon ulama dari generasi muda yang akan melanjutkan estafet perjuangan sekaligus menuntut penerapan Islam kafah sebagai solusi kehidupan.

Alhasil, hanya dalam bangunan sistem Islam sejatinya peran strategis pesantren dalam mencetak generasi terbaik bisa terwujud nyata.

Wallahu a'lam bishshawab.

Oleh : Tawati (Aktivis Muslimah Majalengka)
Baca Juga

Post A Comment:

0 comments:

Back To Top